Saya punya kisah

Huhh, sedikit curhat gak apa - apa kan gan, bukan kisah hidup juga sih, bisa dibilang kisah hidup saya dan teman - teman yang perah jadi cerita lahh.. Nah kisahnya seperti ini ni, sebelumnya mau perkenalan dulu ni, Saya asli anak Kalimantan Barat, putra suku Dayak asli, jadi ceritanya anak perantaua kalimantan yang datang ke jakarta, tah coba - coba peruntungan lah, siapa tahu bisa sukses. 

Nah balik ke cerita lagi yah, jadi saya berasal dari kampung yang lumayan terpencil di Kalimantan, nama desanya Rangitan, yang terakhir listrik masuk ke kampung itu tahun 1990, lalu jalan mulai beraspal sekitar tahun 2008, untuk ukuran sebuah kampung terpencil itu udah maju banget loh.



Saya sendiri tinggal satu keluarga dengan dua orangtua yang masih lengkap ditambah tiga sodara kandung yang semuanya berjenis kelamin laki - laki, termasuk saya, yahh, jadilah kami berlima cowo semua dirumah ditemani satu wanita yang sangat cantik yaa siapa lagi kalo bukan ibu.

Rumah ku tepat terletak didiepan sebuah Sekolah Dasar Negeri tua yang kebentulan bapak saya juga mengajar disitu, menjadi salah satu guru tertua bisa dikatakan salah satunya sesepuh untuk berdiri sekolah tersebut,  dengan gaji pas - pas an, kalo di pikir - pikri mirip lah sama lagunya Oemar Bakrie om Iwan Fals, karena melihat adanya lahan bisnis dengan berdirinya sebuah sekolah dikampung ku, ibu saya menjelma menjadi manusi paling pintar dan cerdas dengan membuat kantin sekoklah, tapi beneran loh, kalo cuma ngandalin gaji bapak yang hanya guru SD mana bisa namatin anaknya yang paling tua Sarjana, dan kebetulan saya juga sebentar lagi tamat sarjana, mudah - mudah an sih tahun ini.

Ingat - ingat masa masih duduk disekolah dasar negeri dulu, pake sepatu dan kaus kaki lengkap itu cuma pada hari senin doang, kebetulan ada upacara pagi hari senin, biasanya dulu dibilang apel pagi, nah kalo coba - coba mau pake sepatu hari lain selain senin, saya ingat baget pesan mama sebelum berangkat sekolah "Ngahe lah make sipatu, ana rusak sipatunyu koa" kalo di bahasain ke bahasa indoneisa yang kira - kira artinya "Ngapain pake sepatu hari ini, nanti sepatunya cepat rusak" jadi akhirnya pake sendal kalo sekoah, karena jujur ada benarnya juga kata mama, repot kalo harus beli sepatu baru keluar kampung, lumayan naik motornya, itu pun kalo nggak hujan di kampung, kalo hujan, aduhh, jalanan dikampung itu... ;( 

[To be continued...]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar